Assalamualaikum WR. WB
Selamat pagi
Yang terhormat bapak H.M Kholiq S.Pd MM selaku kepala SMPN 1 Buduran, yang terhormat Bapak / Ibu guru beserta Seluruh staf tata usaha yang saya hormati, serta teman-teman yang berbahagia.
Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa hingga detik ini kita masih diberi kesehatan dan kesempatan untuk berdiri disini.
Saya ucapkan banyak terima kasih karena saya diberi kesempatan untuk berdiri disini mewakili kelas 9 menyampaikan beberapa hal.
Pertama, kami ucapkan terima kasih kepada bapak / ibu guru yang telah mengajar dan membimbing kami dengan penuh kesabaran, ketulusan, dan perhatian. Ilmumu yang berguna engkau limpahkan semua pada kami untuk bekal kami nanti. Nasehatmu selalu akan kami ingat dibenak hati kami. Tak lupa kami minta maaf yang sebesar-besarnya kepada bapak / guru jika ada perilaku kami yang kurang berkenan dihati.
Teman-teman yang berbahagia, tak terasa waktu 3 tahun sudah berlalu. Waktu itu kita lewati berasama-sama. Senang, sedih, tertawa, menangis, itu sudah pernah kita alami di sekolah ini. Kita menimba ilmu, kita berjuang disini melewati batuan yang menanjak, berjalan diatas rumput yang berduri itu semua kita lewati begitu saja dengan usaha besar yang kita lakukan.
Teman-teman yang berbahagia masa-masa SMP ini takkab kita alami lagi dikelak hari. Masa-masa ini begitu indah. Masa-masa yang tak terlupakan yang selalu ada di memori fikiran kita.
Semoga kita dapat bertemu lagi dikelak hari. Semoga kita dapat mengejar cita-cita yang kita inginkan. Jangan patah semangat terus berjuang walau ombak menerpa perahu kita, kita harus lalui itu berjuang sekuat tenaga dan menuju keberhasilan.
Demikian pidato yang saya sampaikan. Saya minta maaf yang sebesar-besarnya jika ada kata-kata yang kurang berkenan dihati. Semoga pidato ini dapat menjadi motivasi teman-teman.
Wassalamualaikum WR.WB
Minggu, 30 Maret 2014
Kamis, 13 Maret 2014
Posted by vikyariyanti
On 02.30
Oleh : Viki Ariyanti
Kerinduan yang terus bersemayam dibenak hati
Terkadang terasa menyakitkan
Namun tak membuat sakit
Menyedihkan namun tak membuat tangis
Sederhana namun luar biasa
Itulah seri kehidupan
Terkadang tinta hitam bisa saja jatuh dikain yang putih
Yang bisa membuat kain menjadi suram
Yang dimana kesuraman terhapus oleh kesabaran
Hidup ini terkadang terasa manis seperti madu
dan terkadang juga terasa pahit yang sangat pahit
Mungkin mimpi adalah obat penenang sementara
Namun itu tidaklah selamanya
Hanya sesaat dan mungkin bisa terlupakan
Entahlah hingga kini ku belum menemukan ramuan sesungguhnya
Menanti tak mungkin
Mencari tak mungkin
Berlaripun itu semua kan sia-sia
Kerinduan yang terus bersemayam dibenak hati
Terkadang terasa menyakitkan
Namun tak membuat sakit
Menyedihkan namun tak membuat tangis
Sederhana namun luar biasa
Itulah seri kehidupan
Terkadang tinta hitam bisa saja jatuh dikain yang putih
Yang bisa membuat kain menjadi suram
Yang dimana kesuraman terhapus oleh kesabaran
Hidup ini terkadang terasa manis seperti madu
dan terkadang juga terasa pahit yang sangat pahit
Mungkin mimpi adalah obat penenang sementara
Namun itu tidaklah selamanya
Hanya sesaat dan mungkin bisa terlupakan
Entahlah hingga kini ku belum menemukan ramuan sesungguhnya
Menanti tak mungkin
Mencari tak mungkin
Berlaripun itu semua kan sia-sia
Categories: Puisi
Posted by vikyariyanti
On 02.09
Oleh : Viki Ariyanti
Bagaikan bintang yang menyinariku setiap hari
Tanpa lelah kau beri sinar di hati ini
Walau ku tak kuat lagi menahan sakit
Namun kau selalu ada disekeliling fikiranku
Yang terus bisa membangkitkan ragaku
Menjadi seorang yang kuat tanpa kenal lelah
Salah satu sanggar semangatku adalah dirimu
Senyuman sederhana tapi sangat bermakna
Ucapan sekadarnya namun memberi kesejukan
Saat ku didekat ragamu
Entahlah hati ini terasa tenang
Seperti terlepas dari segala tantangan
Walau tantangan itu harus melewati daunn berduri
Namun
Jika semangatmu datang, kesakitan, kepahitan, dalam tantangan itu takkan terasa apapun
Terlewati begitu saja
Seperti air sungai yang terus mengalir
Bagaikan bintang yang menyinariku setiap hari
Tanpa lelah kau beri sinar di hati ini
Walau ku tak kuat lagi menahan sakit
Namun kau selalu ada disekeliling fikiranku
Yang terus bisa membangkitkan ragaku
Menjadi seorang yang kuat tanpa kenal lelah
Salah satu sanggar semangatku adalah dirimu
Senyuman sederhana tapi sangat bermakna
Ucapan sekadarnya namun memberi kesejukan
Saat ku didekat ragamu
Entahlah hati ini terasa tenang
Seperti terlepas dari segala tantangan
Walau tantangan itu harus melewati daunn berduri
Namun
Jika semangatmu datang, kesakitan, kepahitan, dalam tantangan itu takkan terasa apapun
Terlewati begitu saja
Seperti air sungai yang terus mengalir
Categories: Puisi
Minggu, 09 Maret 2014
Posted by vikyariyanti
On 00.07
Jeritan Hati
Oleh: Viki Ariyanti
Ketika dulu masih utuh
Namun sekarang tulang mulai retak
Dan terasa sakit hingga terasa ke urat-urat nadi
Pasrah dengan takdir
Menjalani semuanya dengan mengikuti jalur yang sederhana
Beribu air mata jatuh
Sambil terisak-isak
Ku harus menjalani sambaran ini
Semua ini sungguh sangat melukai
Apalagi dibarengi dengan jebolan dua jalur
Ku, ku terpisah dengan penerang kehidupanku
Akankah ku akan lumpuh
Tak ada yang memberi seceguk air untukku
Berharap jika ini semua hilang bergulir dengan kesejukan hati
Namun takdir tak akan merubah itu semua.
Oleh: Viki Ariyanti
Ketika dulu masih utuh
Namun sekarang tulang mulai retak
Dan terasa sakit hingga terasa ke urat-urat nadi
Pasrah dengan takdir
Menjalani semuanya dengan mengikuti jalur yang sederhana
Beribu air mata jatuh
Sambil terisak-isak
Ku harus menjalani sambaran ini
Semua ini sungguh sangat melukai
Apalagi dibarengi dengan jebolan dua jalur
Ku, ku terpisah dengan penerang kehidupanku
Akankah ku akan lumpuh
Tak ada yang memberi seceguk air untukku
Berharap jika ini semua hilang bergulir dengan kesejukan hati
Namun takdir tak akan merubah itu semua.
Categories: Puisi
Posted by vikyariyanti
On 00.05
Sebuah Harapan
Oleh: Viki Ariyanti
Sinar itu datang tapi tiba-tiba sinar itu pergi
Saat ini Hatiku bagaikan tersambar oleh petir
Ku tak tau tiba-tiba debu datang menyiratiku
Dan mataku tak melihat jelas kejadian yang ada
Hatimu bagaikan sungai mengalir dihatiku
Namun aliran itu tak sejalan dengan mulus
Terdapat bebatuan besar yang menghadang
Dan itu harus dilewati
Meski rintangan banyak
Namun hati kecil ini berharap
Bahwa kita bisa melewati bebatuan itu...
Categories: Puisi
Posted by vikyariyanti
On 00.03
Sayatan Tak Terduga
Oleh: Viki Ariyanti
Tatapan itu...
Entah terkadang itu memberikanku kesegaran
Namun terkadang itu memberiku sayatan
Sayatan itu terasa pedih, pedih sekali
Dulu...
Pita suaramu dapat membuat sebuah pencerahan
Namun kini Jarang ku temukan
Ku biarkan itu berlalu
Ku berusaha menyembunyikan,
Menyembunyikan rasa yang kelam
Berusaha membuat rasa menjadi terang
Ku ingin kau tau bahwa hati kecilku ingin menghadapmu,
Mendengarkan suaramu
Meskipun hanya terhitung detik
Setidaknya itu sudah memberikan kelembutan di hidupku..
Categories: Puisi
Jumat, 14 Februari 2014
Posted by vikyariyanti
On 17.04
"IBU!! aku minta uang satu juta ibu" hentakan dari seorang anak terhadap ibunya. "Ibu tidak punya uang nak" kata ibunya. "ah bohong aku sekarang butuh uang bu, buat beli ban sepeda motor" sekali lagi hentakan itu bersuara kembali. "jon, ibu tidak punya uang. lagipula sebentar lagi meperingati 100 hari meninggalnya kakekmu." begitu lembut suara dari seorang ibu meski anaknya membalas dengan suara hentakan. "Ibu! pokoknya aku minta uang, kalau tidak aku banting kursi-kursi ini." ancaman yang begitu memaksakan. Jono akhir-akhir ini begitu kasar pada ibunya, entah kenapa dia juga berhenti bersekolah. Setiap hari ibunya bersedih dan menangis karena perilaku anaknya yang buruk. jonomemaksa ibunya untuk memberikan uang padanya. Padahal, ban sepeda motor itu jono sendiri yang melepas dari sepeda motornya, kemudian dia jual kembali, dan kini ia meminta-minta uang ke ibunya. padahal ibunya tidak punya uang sebesar itu.
"IBU! ibu tidak mau memberikan uang itu." kata jono kembali memaksa lagi. "TIDAK!! uang ini ibu buat untuk memperingati 100 hari meninggalnya kakekmu." sedikit kasar suara yang keluar dari seorang ibu. Tiba-tiba saja jono berani-beraninya memukul ibunya. Ibunya menangis seketika itu ibunya tidak berani lagi berhadapan dengan anaknya dan lari begitu saja. Anak itu begitu keterlaluan, anak yang benar-benar durhaka.
"Bu, bu bolehkah saya singgah di rumah ibu sebentar." kata Ibu jono kepada tetangganya. "Boleh bu, memang ada apa? Ibu tampaknya seperti ketakutan." "Iya memang bu, saya habis dihajar oleh anak saya. Maka dari itu saya langsung lari. Dia memaksa saya untuk memberinya uang padahal saya tidak punya uang. Saya takut kembali pulang bu, saya tak habis pikir kenapa anak saya menjadi senakal itu. Akhir-akhir ini dia begitu kasar padaku." Kata ibu jono sambil menetaskan air mata. "Sabar bu, untuk sementara ini ibu boleh tinggal di rumah ini, saya akan bantu ibu untuk menyelidiki mengapa anak ibu menjadi senakal itu." Seorang Tetangga itu berusaha untuk menenangkan hati seorang ibu itu.
(Malam Hari)
"Bu saya keluar dulu untuk membeli sesuatu" kata ibu jono. "Loh bu, Jangan keluar nanti kalau keluar ketemu anak ibu dan dihajar lgi bagaimana.?" " Tidak apa-apa, kan hanya sebentar. toh juga tokonya dekat." ibu jono memaksakan untuk keluar. "ya sudah terserah ibulah, hati-hati ya bu." kata Bu Rosyi.
Ketika diperjalanan ternyata benar dugaan bu rosyi, anak bu Jono kembali muncul seketika itu Bu jono disrempet dari belakang. Ibu jono langsung lari ketakutan. Anak bu Jono terus mengejar. Namun Ibu Jono masuk ke gang kecil dan gang itu tidak bisa dilalui sepeda motor. Jadi, anak bu jono tidak bisa mengejar lagi.
Sesampai dirumah bu Rosyi, Bu jono menceritakan kejadian yang ada. Peristiwa ini benar-benar keterlaluan. Anak itu sekarang benar-benar menjadi anak yang durhaka. Tiba-Tiba saja datang seorang lelaki tua. Seperti biasanya beliau meminta sumbangan untuk pembangunan masjid di desanya. Beliau tidak sengaja mendengarkan percakapan antara Bu jono dan Bu rosyi. Beliau berkata "Aku melihat ada arwah jahat yang memasuki raga anak ibu." mendengar itu Bu Jono dan Bu Rosyi langsung ketakutan. "Pak, tolong jangan takuti kami. Tapi benarkah itu?." Bicara sambil ketakutan. "Iya benar, maaf tadi saya sempat mendengar pembicaraan ibu. Kemarin saya sempat bertemu dengan anak bu Jono, dan saya lihat auranya bukan anak ibu. tapi arwah jahat yang telah merasuki raga anak ibu." Kata lelaki tua itu. "Lalu kita harus bagaimana.?" Kata bu Rosyi. "Ya kita harus mengeluarkan arwah jahat itu dari tubuh Jono." "Apakah bapak tau bagaimana cara mengeluarkannya.?" Kata Bu Jono dengan penuh harap. "Maaf saya tak tau, saya hanya bisa melihat saja. Namun, untuk urusan pengeluaran arwah saya tidak tau. Mungkin para ustadz bisa mengatasi masalah ini." penjelasan dari lelaki tua itu. " Baik pak terimakasih atas informasinya." Kata Bu Rosyi kepada lelaki tua itu.
Keesokan harinya Bu Rosyi dan Bu jono datang ke para ustadz untuk meminta tolong agar arwah jahat yang ada dalam raga anak Bu Jono bisa keluar. "Baik bu, saya akan membantu ibu. Sebelum itu pertemukan saya pada anak ibu." Kata Pak ustadz. "Iya pak, berarti kita harus mempunyai strategi bu." Kata Bu Rosyi. "Strategi apa bu.?" "Ibu harus berani bertemu anak ibu, dan ibu bilang kepada dia bahwa ibu akan mengasih uang yang dia mau, ini hanya strategi bu, kemudia ustadz datang dan mengeluarkan arwah itu." penjelasan dari Bu Rosyi. "Baik bu, pak bisa kita laksanakan sekarang" "Bisa bu, mari!"Kata pak ustadz.
Akhirnya strategi itu dijalankan. Ibu jono berhasil membujuk Jono. dan Ustadz itu langsung datang menghampiri Jono. Membacakan ayat-ayat suci Al-Qur'an entah apa yang dibaca. Jono Kesakitan dan menjerit suaranya menjadi serak. Tiba-tiba saja jono menjadi-jadi, ustadz itu terjatuh mungkin arwah itu terlalu kuat. Namun ustadz itu terus berusaha melawan arwah jahat itu. Kini Jono terus berteriak dan kesakitan. Namun pada akhirnya arwah itu berhasil dikeluarkan. Jono tidak sadarkan diri. Ibu Jono senang sekali, Ibu Rosyi juga senang sekali. Mereka berterima kasih kepada sang Maha Kuasa.
Tiba-tiba Jono sadarkan diri. "IBU! mana uangnya!!" OH TIDAK! sifat buruk dari arwah itu masih merasuk pada dirinya..
Categories: Cerpen
Langganan:
Postingan (Atom)